SPEECHLESS
Tengah asik membaca buku untuk review hari ini, dapat kabar duka cita bahwa beliau meninggal dunia. Seperti kebiasaan saya, saya harus konfirmasi kebenarannya karena di saat - saat ini HOAX tak punya sopan santun. Pukul 17.56 wita, saya langsung bangkit dari meja kerja saya dan langsung meraih handphone saya (duh... sangking speechless ngak terpikir langsung buka komputer sedangkan komputer saat itu "on"). And the fact, It's true. Beranda facebook saya dibanjiri kalimat duka "Innalillah wa innailaihi rojiun". Dan seketika gemuruh petir menyambar dengan kencangnya seperti menyadarkan saya dalam hitungan detik. Ya Allah... tangan saya seketika kaku dan mata saya menerawang diiringi suara adzan magrib.
Hujan pun jatuh ke tanah dengan derasnya, seketika udara dingin menusuk sendi - sendi. Dengan lunglai, saya menuju tempat wudhu dan mengambil air mengalir melaksanakan wudhu dan sholat magrib. Dalam sholat saya, saya tak bisa berbohong. Sekelebat bayangan beliau terlintas tatkala saya bangkit dari sujud rakaat pertama saya. Saya pun menahan sesuatu ditenggorokan saya yang tiba - tiba terasa pekat dan sakit. Apa ini ? gumam saya. Dalam rakaat ke - 2, saya berusaha mengembalikan kesadaran saya dan mulai membaca ayat demi ayat dengan sedikit mengeraskan suara saya (hal yang jarang sekali saya lakukan saat sholat sendiri, dan ini saya lakukan jika hati saya terasa tidak nyaman. Dengan mendengar lantunan bacaan saya sendiri, itu menjadi obat penenang saya). Dan berhasil, saya kembali hingga rakaat terakhir.
CRYING
Menuju tasbih, tiba - tiba tenggorokan saya kembali pekat. Apa ini gumam saya Saat menutup dzikir, tiba - tiba sontak mata saya memanas dan tetes demi tetes mengalir. Kali ini lidah saya dikontrol oleh hati saya dan sebait kalimat tertumpah untuk beliau. Sama seperti doa - doa orang - orang yang ditinggalkan, dan saya terlonjak "apakah ini rasa saudara seiman ?, yang bila saudara seimannya kembali ke pangkuan Allah SWT ?". Gumamku.
WORRY
Dalam lantunan doa, terlintas wajah ummi (panggilan kami ke istri beliau). Bagaimana ummi ?. Kata itu mengalir dan dengan doa untuk ummi ke hadiratNya adalah usaha saya meredam kekhawatiran saya. Saya pernah mendengar sebuah pengakuan dari salah seorang yang saya kenal dekat. Beliau di tahun yang sama dengan hitungan hari mengalami musibah beruntun, suami beliau meninggal dan tidak berapa lama orangtua (ayah) beliau pun meninggal. Beliau sempat berkata ke saya, jika ditanya "yang mana lebih terasa, ditinggal suami atau ayah", beliau menjawab "ditinggal suami". Keseharian bersama, tidur bersama, bercanda bersama dan semua itu muncul dan menjadi batu besar menekan dada. Sesak. Apakah ini yang dirasakan ummi sekarang. Ya Allah... jika benar, tolong... lapangkan dada ummi ya Allah. Berikan sebanyak - banyak sabar dari-Mu ya allah.
DO IT
Tahap penenangan jiwa saya mulai bereaksi, but i feel still worry. Then, i decided to write it. "SELAMAT JALAN PAHLAWANKU". Banyak ceritaku bersamamu dari tahun 2017 hingga dipenghujung hayatmu. Dan 18 Agustus 2020 adalah akhir ceritaku bersamamu. Saat engkau menyapaku dan memberiku motivasi untuk lebih giat berusaha dan berkreasi.
Saya yakin ini semua kehendak Allah, Saya dipertemukan dengan beliau disaat kepemimpinan beliau dan saat itulah saya terdorong untuk maju dan maju berkarya. Dengan gerakan memajukan UMKM, Saat itulah rasa itu terjalin. Tiap kali dipertemukan dalam event - event, tiap kali kalimat motivasi keluar dari mulut beliau. Dari situlah sosok beliau menjadi panutan saya. Perjuangan beliau membangun UMKM berau. Dan saya adalah salah satu dari bukti perjuangan beliau. Terima kasih telah menjadi bagian dari cerita kesuksesan saya. Berkat beliau "Indonesian Creative - INC@" berwujud di negeri atas langit ini (Berau).
Terima kasihku, you are my patriot.
Betapa hatiku takkan pilu
Telah gugur pahlawanku
Betapa hatiku takkan sedih
Hamba ditinggal sendiri
...
Telah gugur pahlawanku
Tunai sudah janji bakti
Gugur satu tumbuh seribu
Tanah air jaya sakti
Hormatku dalam doaku mengiringmu ke tempat peristirahat terakhirmu